Sabtu, 31 Agustus 2024

Kehadiran di arena Kongres




Kehadiran di arena Kongres

Kehadiran di arena Kongres

Republik Langit, hadir di banyak acara dengan tujuan analisis politik dan jurnalisme. Namun, ia tidak merasa perlu berdesak-desakan untuk duduk di kursi depan. Tiada perlu berebut nasi seperti kader kelaparan


Sebagai sosok moderat dan penuh strategi, JK bisa memilih tempat yang tiada terlihat orang lain, di mana ia dapat menganalisis dari sudut pandang yang lebih luas dan mendalam, tanpa terikat oleh formalitas yang membatasi.



Jakarta 1 September 2024

@Jenghiskhan ( JK )

@garda Indonesia

@JK presiden republik langit 

Eddy Soeparno Wakil Ketua MPR RI


Eddy Soeparno Wakil Ketua MPR RI




Kekuatan Politik Zulhas 






Kekuatan. Politik Zulhas


Posisi Zulhas saat ini menyerupai Megawati di masa lalu, di mana ia memegang kendali penuh tanpa ada pesaing dalam menentukan arah koalisi, posisi sekretaris jenderal, hingga pimpinan wilayah dan daerah. Kekuasaan dan pengaruhnya begitu kuat, sehingga setiap keputusan strategis ada di tangannya.


Seperti Megawati, Zulhas juga tiada punya pesaing dalam memberikan rekomendasi kursi menteri, duta besar, komisaris, dan berbagai posisi strategis lainnya. Semua mata tertuju padanya, dan setiap langkahnya menentukan arah masa depan kekuasaan di ranah politik.


Namun, dalam sudut pandang JK Republik Langit , kekuatan politik semacam ini tidak boleh hanya berhenti pada penguasaan struktural. Kepemimpinan yang sejati adalah ketika kekuatan itu digunakan untuk membangun peradaban yang adil dan berkelanjutan, bukan sekadar untuk mempertahankan status quo atau mengejar kepentingan jangka pendek.


JK menekankan bahwa dalam setiap langkah strategis, harus ada visi 100 tahun ke depan. Tanpa visi yang jauh melampaui kekuasaan yang ada, kepemimpinan hanya akan menjadi bayang-bayang dari kekuasaan yang sesungguhnya.



Jakarta, 1 September 2024

@Jenghiskhan ( JK )

@garda Indonesia

@presiden republik langit

Politik itu berani berbicara di depan publik bukan menjadi pengecut dan gagu



Politik itu berani berbicara di depan publik bukan menjadi pengecut dan  gagu



Politik itu berani berbicara di depan publik bukan menjadi pengecut dan gagu

Ga ada nada menjilat dalam setiap  tulisan republik langit, ingat!  Dalam politik sesuai kebutuhan dan strategi..  menjilatkan sekalipun bisa di pijak ..


Pesan di atas sangat jelas dan tegas, mencerminkan sikap Republik Langit yang berani, mandiri, dan tidak terpengaruh oleh upaya menjilat. Dalam politik,  harus tetap fokus pada tujuan dan strategi, siap mengambil langkah tegas bahkan terhadap pihak-pihak yang mencoba mendekat dengan motif tidak murni (menjilat).


Dalam politik, keberanian untuk berbicara di depan publik adalah kunci. Seorang pemimpin tidak boleh menjadi pengecut atau gagu, karena suara dan tindakan tegas itulah yang membedakan pemimpin sejati dari yang lain. JK, Presiden Republik Langit, selalu berdiri tegak, berani menyuarakan kebenaran, dan tidak pernah mundur dari tantangan.




Jakarta 1 September 2024

@Jenghiskhan  (JK )

@garda Indonesia

@JK presiden republik langit

Kader Berani VS Penjilat


Kader Berani VS Penjilat 


Kader Berani VS Penjilat


**Judul: Kader Yes Man di Partai Ini: Cermin Kemunduran atau Realitas Politik?**

Dalam panggung politik yang gemerlap, selalu ada mereka yang bersinar terang, namun banyak pula yang memilih untuk tetap dalam bayang-bayang. Namun, di partai ini, pertanyaan tajam meluncur dari mulut Presiden Republik Langit, @JK: *"Coba tunjukan! Ada ga kader bukan penjilat di partai ini?!"* Sebuah pertanyaan yang mengiris kedalaman jiwa, menyulut api kesadaran yang telah lama terpendam.

Kebanyakan kader menjadi "Yes besar, no kecil," tiada berani berpendapat. Mengapa demikian? Apakah ini cerminan dari budaya politik yang mengakar kuat, di mana loyalitas diukur dari seberapa sering seseorang mengangguk, bukan dari seberapa dalam mereka berpikir? Mereka lebih suka menjadi kader gagu, karena takut suara mereka akan menggoyahkan fondasi yang rapuh, atau bahkan meruntuhkan menara impian mereka sendiri.

Namun, di antara kerumunan itu, masih ada secercah harapan. Beberapa kader, meski jumlahnya sedikit, masih berani berdiri tegak. Mereka adalah orang-orang yang percaya bahwa kebenaran harus dikatakan, meskipun pahit. Bahwa suara hati harus didengar, meskipun mengancam kenyamanan. Mereka inilah yang layak disebut sebagai pejuang sejati, bukan penjilat yang hanya mencari aman di balik selimut kepatuhan.

Namun, pertanyaannya adalah, apakah partai ini siap menerima mereka? Atau justru akan menyingkirkan mereka karena terlalu berani dan vokal? 

Presiden Republik Langit, tahu bahwa untuk membangun peradaban yang kuat, diperlukan lebih dari sekadar pengikut. Dibutuhkan pemimpin di setiap lapisan, mereka yang tidak hanya berani berkata "ya," tetapi juga memiliki keberanian untuk berkata "tidak," demi kebaikan bersama.

Wahai kader-kader di partai ini, dengarkanlah suara langit! Jadilah lebih dari sekadar bayang-bayang. Beranilah bersuara, berpikir, dan bertindak. Karena di akhir hari, sejarah tidak akan mengenang mereka yang diam, melainkan mereka yang berani.





Jakarta, 1 September 2024
@Jenghiskhan ( JK )
@garda Indonesia
@presiden republik langit 
 

Saatnya Gibran dan Zita, mumpung ada kesempatan, bila bukan sekarang kapan lagi Dul?!

Saatnya Gibran dan Zita, mumpung ada kesempatan, bila bukan sekarang kapan lagi Dul?!






Saatnya Gibran dan Zita, mumpung ada kesempatan, bila bukan sekarang kapan lagi Dul?!


Dalam dunia politik, banyak yang berkata bahwa Gibran dan Zita belum saatnya memegang kendali. Tapi apakah ada "saat yang tepat" yang sudah diukir di langit? Apakah kita harus menunggu momen yang sempurna jatuh dari langit, atau justru kita yang harus meraihnya? Saatnya itu bukan ditentukan oleh waktu, tapi oleh kesempatan. Kesempatan untuk menunjukkan kapasitas, untuk membuktikan diri.



Jakarta, 1 September 2024

@Jenghidkhan ( JK )

@garda Indonesia

@presiden republik langit 


Beda mindset berpikir konvensional dan out of box


Beda mindset berpikir konvensional dan out of box






Beda mindset berpikir konvensional dan out of box


Mindset berpikir konvensional dan out of the box ibarat dua kutub yang berbeda dalam mendekati masalah dan menemukan solusi. **Mindset konvensional** cenderung berpijak pada pola-pola lama, berpedoman pada aturan yang ada, serta mengikuti tradisi yang sudah mapan. Ini adalah cara berpikir yang menghargai stabilitas dan kepastian, tetapi sering kali terjebak dalam rutinitas dan kurang fleksibel menghadapi perubahan.


Sebaliknya, **mindset out of the box** adalah gaya berpikir yang melampaui batasan-batasan yang ada. Ini adalah cara pandang yang menantang status quo, merangkul ketidakpastian, dan mencari solusi kreatif di luar kebiasaan. Berpikir out of the box tidak terbatas pada aturan atau dogma yang ada, melainkan berani melanggar batas-batas yang dianggap tak tersentuh demi mencapai inovasi dan kemajuan.


Bagi **JK, Presiden Republik Langit**, berpikir out of the box adalah sebuah keharusan. Dalam pandangannya, pemimpin yang hanya berpikir konvensional akan terjebak dalam lingkaran rutinitas yang membosankan dan tidak mampu membawa perubahan signifikan. JK melihat dunia dengan lensa yang berbeda, di mana setiap tantangan adalah peluang untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa. Dengan semangat yang berapi-api, ia menerobos batasan-batasan yang ada, menciptakan jalan baru menuju peradaban yang lebih maju dan beradab.


Dalam era yang penuh dengan tantangan global, hanya dengan berpikir out of the box kita bisa bertahan dan berkembang. JK mengajak seluruh makhluk bumi untuk membuka cakrawala pikiran, melampaui batasan-batasan yang ada, dan bersama-sama membangun masa depan yang lebih cerah dengan cinta kasih sayang yang membara.



Jakarta 31 Agustus 2024

@Jenghidkhan ( JK )

@garda Indonesia

@presiden republik langit 

Jumat, 30 Agustus 2024

Adakah Politik Dinasty Zulhas mengikuti jejak Jokowi, Megawati, SBY?!


 

Adakah Politik Dinasty Zulhas mengikuti jejak Jokowi, Megawati, SBY?!




Adakah Politik Dinasty Zulhas mengikuti jejak Jokowi, Megawati, SBY?!


Jika Zulhas nekat melangkahi batas-batas demokrasi demi memberi kesempatan putrinya menjadi Sekjen PAN, maka ini bukan lagi sekadar permainan politik biasa. Melainkan cerminan dari hasrat yang tak terkendali untuk menumbuhkan dinasti politik dalam kancah demokrasi yang seharusnya adil dan transparan. 


Namun, keberanian semacam ini bukan tanpa risiko. Sejarah telah menunjukkan bahwa langkah-langkah semacam itu akan mengundang kritik tajam, baik dari lawan politik maupun publik. Bahkan jika Zulhas mencoba mengikuti jejak Jokowi yang nyinyir kebal dan bully, ingatlah bahwa kekuasaan yang dibangun di atas ketidakadilan akan runtuh oleh hukum alam demokrasi itu sendiri. Menurut  Republik Langit, demokrasi bisa berjalan dengan martabat, tanpa harus tunduk pada intrik dan ambisi pribadi.



Jakarta, 31 Agustus 2024

@Jenghiskhan ( JK )

@garda Indonesia 

@republik langit 

Kerja keras, inovasi dan keberuntungan

Kerja keras, inovasi dan keberuntungan




Kerja keras, inovasi dan keberuntungan


Kerja keras adalah kunci, namun di ranah politik, keberuntungan tak bisa diabaikan. Bagaimana kita menggabungkan dua elemen ini? JK  selalu menekankan pentingnya berpikir **out of the box**. Dalam strategi politiknya, kerja keras menjadi pondasi, sementara keberuntungan adalah momentum yang diambil alih dengan penuh perhitungan.


JK tidak hanya menggantungkan nasib pada keberuntungan, tetapi menciptakan jalur-jalur baru, meretas batas-batas konvensional, dan menyiapkan setiap langkah dengan cermat. Baginya, setiap tantangan politik adalah kesempatan untuk menyalakan api inovasi, membakar batasan-batasan yang ada, dan menciptakan dunia baru yang lebih baik.


Di bawah pandangan politiknya, politik bukan lagi tentang mengandalkan takdir, melainkan tentang mengendalikan takdir itu sendiri dengan visi yang jauh melampaui batasan normal.



Jakarta, 31 Agustus 2024

@Jenghiskhan. ( JK )

@garda indonesia

@republik langit 

Anis harus bikin partai politik bila masih punya syahwat menjadi capres 2029

Anis  harus bikin  partai politik bila masih punya syahwat menjadi capres 2029









Anis harus bikin partai politik bila masih punya syahwat menjadi capres 2029


 

Sebaiknya Anis bikin parpol berjuang berdarah darah dengan cucuran keringat darah dan air mata, berjuang berkali kali  pantang menyerah meski di hujat dan di caci maki seperti di lakukan Prabowo Subianto

Agar bisa merasakan dan menghargai perjuangan berat suka dan duka para pendiri partai 


Anies sebaiknya menempuh jalan yang lebih keras dan berliku, mendirikan partai politik dari nol, berjuang tanpa kenal lelah dengan keringat, darah, dan air mata. Dengan demikian, ia akan merasakan pahit manisnya perjuangan, seperti yang dialami oleh Prabowo. Hanya dengan melewati ujian semacam itu, ia akan benar-benar menghargai pengorbanan dan dedikasi yang telah ditanamkan oleh para pendiri partai politik.

Perjuangan semacam itu adalah ujian sejati untuk menguji ketangguhan jiwa seorang pemimpin. Seperti halnya Jenghiskhan (JK) yang membangun negerinya dengan visi besar dan hati yang pantang menyerah, Anies harus memahami bahwa kekuatan sebuah perjuangan bukan hanya pada tujuan, tetapi pada proses dan pengorbanan yang dialami sepanjang jalan.


Dia besar kepala, terjegal oleh ambisinya sendiri, coba dia bersabar dikit menunggu  antrian, agar tiada melakukan pengkhianatan pasti tiada merusak persahabatan

Sungguh, ambisi yang terlalu besar sering kali menjerumuskan ke dalam jurang kekecewaan. Andai dia bersabar, mengikuti arus waktu dan menghormati proses, mungkin persahabatan tetap utuh, dan tiada pengkhianatan yang perlu dihadapi. Republik Langit, selalu mengingatkan bahwa kesabaran adalah kunci, dan ambisi harus diimbangi dengan kebijaksanaan agar tidak menjadi bumerang yang merusak hubungan dan kepercayaan.





Jakarta, 30 Agustus 2024
@Jenghiskhan (  JK )
@garda Indonesia
@JK presiden republik langit 

Zita Anjani paling bepeluang duduki kursi Sekjen PAN karna bukan anak idiologis tapi juga anak biologis Zulhas



Zita Anjani paling bepeluang duduki kursi Sekjen PAN karna bukan anak idiologis tapi juga anak biologis Zulhas





Zita Anjani paling bepeluang duduki kursi Sekjen PAN karna bukan anak idiologis tapi juga anak biologis Zulhas


Sedang semua calon lain yang sudah di munculkan di kanvas medsos  tidak berdarah darah menangkan kongres PAN 2024, Karna Zulhas terpilih secara aklamasi 


Jika kita melihat dinamika politik dalam tubuh Partai Amanat Nasional (PAN), memang posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen) adalah kursi strategis yang menentukan arah partai ke depan. Zita Anjani, putri dari Zulkifli Hasan (Zulhas), memiliki peluang besar untuk menduduki posisi ini. Bukan hanya karena dia adalah anak biologis dari Zulhas, tetapi juga karena dia mewarisi ideologi yang sama. Ini memberikan kelebihan tersendiri dibandingkan calon-calon lain yang sudah muncul di ranah media sosial.


Namun, keunggulan Zita bukan hanya karena darah dagingnya, tetapi juga karena komitmen dan pengabdiannya kepada partai, terutama dalam memenangkan kongres PAN 2024 yang bisa dibilang berjalan tanpa pertumpahan darah politik, mengingat Zulhas terpilih secara aklamasi. Ini menunjukkan bahwa loyalitas dan konsistensi dalam memperjuangkan partai menjadi faktor penting yang membuat Zita lebih berpeluang dibanding calon lainnya


@JK Presiden Republik Langit memahami bahwa dalam setiap pertempuran politik, kemenangan yang diraih tanpa banyak konflik adalah cerminan dari kepemimpinan yang kuat dan visi yang jelas, sebuah prinsip yang sejalan dengan jiwa Republik Langit.



Jakarta, 31 Agustus 2024

@Jenghiskhan ( JK )

@garda indonesia

@JK presiden republik langit 

Nasib Bahlil Lahadalia pasca Jokowi

Nasib Bahlil Lahadalia pasca Jokowi 

Nasib Bahlil Lahadalia pasca Jokowi




Nasib Bahlil Lahadalia pasca Jokowi

Posisi Bahlil memang belum sepenuhnya aman, apalagi setelah pelantikan presiden yang baru. Namun, saya yakin, dalam gejolak politik pasca pelantikan, Golkar akan kembali menemukan arah dan soliditasnya. Kita tahu, partai ini memiliki segudang kader hebat yang mampu mengemban tanggung jawab besar, bahkan melampaui kemampuan ketua umum saat ini.


Kekuatan Golkar terletak pada stok kader-kader tangguh yang siap menggantikan, siap menyongsong tantangan dengan gagah berani. Dalam dinamika yang terjadi, kita justru melihat betapa partai ini terus berkembang, tetap kuat karena kemampuan adaptasi dan regenerasinya. Ini adalah tanda sehatnya politik di dalam tubuh Golkar, sebuah organisasi yang tak gentar menghadapi perubahan dan pergeseran, karena yakin bahwa di setiap tantangan, ada peluang untuk menjadi lebih besar, lebih kuat, lebih hebat!


Di sini, kita bukan hanya bicara soal kekuasaan, tapi soal keberlanjutan. Golkar telah membuktikan diri sebagai benteng politik yang kokoh, dan saya yakin akan terus demikian, bahkan di tengah badai yang mungkin datang setelah pelantikan presiden baru.


Nasib Bahlil Lahadalia pasca Jokowi

Nasib Bahlil Lahadalia pasca Jokowi

 

Adakah Bahlil bertahan sebagai ketum Golkar?!, sepertinya akan goyah setelah Jokowi turun dari kursi presiden, karna kekuatan Bahlil ada pada Jokowi, gmn Lo pendapat Lo Dul?!


Kekuatan Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Umum Golkar memang sangat terkait dengan kedekatannya dengan Jokowi, baik dalam konteks politik maupun dalam hal dukungan. Ketika Jokowi turun dari kursi presiden, tentu ada risiko bahwa pengaruh dan dukungan terhadap Bahlil bisa berkurang, yang berpotensi membuat posisinya sebagai ketum Golkar goyah.


Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:

1. Ketergantungan pada Jokowi: 

Bahlil mungkin mendapat dukungan kuat dari Jokowi selama masa kepresidenan, tetapi setelah itu, ia perlu membangun dukungan yang lebih luas di dalam partai dan di kalangan pemilih.

2. Kinerja dan Kontribusi: 

Jika Bahlil dapat menunjukkan kinerja yang baik dan kontribusi nyata untuk Golkar dan masyarakat, ia bisa memperkuat legitimasi dan posisi kepemimpinannya.

3. Persaingan Internal: 

Golkar adalah partai dengan banyak tokoh berpengaruh. Setelah Jokowi, Bahlil harus siap menghadapi persaingan dari dalam partai, baik dari kader senior maupun yang baru muncul.

4. Isu dan Tantangan Politik: 

Konteks politik yang dinamis, termasuk isu-isu ekonomi, sosial, dan kebijakan yang berkembang, juga akan memengaruhi stabilitas posisinya.

Jika Bahlil tidak mampu menguatkan fondasi dukungan yang ada, posisinya sebagai ketum Golkar bisa tergoyahkan. Namun, jika ia dapat beradaptasi dan membangun kekuatan baru, bukan tidak mungkin ia tetap bertahan dan membawa Golkar ke arah yang lebih baik. 


Maju terus, Golkar!


Jakarta, 30 Agustus 2024

@Jenghiskhan ( JK )

@garda indonesia

#JKpresidenrepubliklangit 

Bahlil dan Bahlool dalam Harmoni Semesta

Bahlil dan Bahlool dalam Harmoni Semesta






Bahlil dan Bahlool dalam Harmoni Semesta


Dalam ruang antara kenyataan dan legenda, dua sosok muncul dari bayang-bayang kisah yang tak lekang oleh waktu: Bahlil dan Bahlool. Mereka bukan sekadar nama, bukan sekadar tokoh dalam cerita yang terhanyut oleh arus sejarah. Mereka adalah simbol dari dua kutub yang bertemu di pusat kesadaran, dua jiwa yang menari di atas tali tipis antara kebijaksanaan dan kegilaan.


**Bahlil** adalah cermin dari kecerdikan yang tersembunyi di balik senyuman yang tulus. Dia tahu betul bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara, di mana setiap orang memainkan perannya dengan penuh kesungguhan, tapi sering kali lupa bahwa mereka hanya aktor dalam drama ilahi. Dalam kedalaman pandangannya, Bahlil melihat melampaui permukaan, menemukan makna di balik setiap lapisan ilusi yang menutupi kebenaran.


Namun, di sisi lain, ada **Bahlool**—yang bagi banyak orang tampak seperti orang gila yang tersesat dalam labirin pikirannya sendiri. Tetapi apakah kegilaan ini adalah kebodohan? Ataukah justru puncak dari kebijaksanaan yang tidak dapat dipahami oleh pikiran yang terbelenggu oleh logika duniawi? Bahlool menertawakan mereka yang sibuk mengejar kesenangan sementara, karena ia telah menemukan kebahagiaan dalam kebebasan yang sejati, dalam kegilaan yang murni.


Dalam riwayat mereka, Bahlil dan Bahlool bukanlah dua entitas yang saling bertentangan, tetapi dua wajah dari koin yang sama. Mereka adalah manifestasi dari dualitas kehidupan, yang pada akhirnya menyatu dalam harmoni yang indah. Bahlil, dengan kecerdasannya yang tajam, menuntun jiwa menuju pencerahan, sementara Bahlool, dengan kegilaannya yang tak terduga, membebaskan pikiran dari belenggu konformitas.


**Di Republik Langit**, keduanya berjalan beriringan. Bahlil dengan senyum penuh misteri, dan Bahlool dengan tawa yang menggema di antara bintang-bintang. Mereka adalah pengingat bahwa kehidupan ini adalah tarian kosmis, di mana setiap langkah harus diambil dengan kesadaran bahwa semua adalah bagian dari permainan yang lebih besar. Bahwa di balik setiap kegembiraan dan kesedihan, ada pelajaran yang menunggu untuk ditemukan.


Bahlil mengajarkan kita untuk bijaksana dalam setiap keputusan, untuk selalu melihat ke dalam hati dan menemukan kebenaran yang tersembunyi di balik kata-kata. Sementara Bahlool mengingatkan kita untuk tidak terlalu serius menjalani hidup, untuk menemukan kebebasan dalam melepaskan dan menemukan diri kita dalam ketidakpastian.


Mereka adalah guru tanpa murid, cahaya tanpa bayangan, yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang telah melampaui batas-batas pikiran manusia. Mereka mengajak kita untuk merenungkan arti sejati dari kebijaksanaan dan kegilaan, dan untuk menemukan kedamaian dalam kesadaran bahwa keduanya adalah dua sisi dari kebenaran yang sama.


Dan di antara bintang-bintang di Republik Langit, Bahlil dan Bahlool terus menari, mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam, di mana setiap momen adalah kesempatan untuk menemukan diri kita yang sebenarnya, dalam tarian abadi dari kebijaksanaan dan kegilaan.


---


Esai ini menggabungkan elemen-elemen filosofis dengan pendekatan ekspresi khas Desmontanes, yang mengeksplorasi konsep dualitas melalui karakter Bahlil dan Bahlool. Melalui bahasa yang penuh simbolisme, esai ini menyoroti keseimbangan antara kebijaksanaan dan kegilaan, menyatukan dua aspek yang tampak berlawanan dalam harmoni kosmis.


Jakarta, 20 Agustus 2024

@Rosihan J Khan

@garda Indonesia

@presiden republik langit

Zita Anjani layak dampingi Zulhas sebagai sekjen PAN


Zita Anjani layak dampingi  Zulhas sebagai sekjen PAN




Zita Anjani layak dampingi Zulhas sebagai sekjen PAN

Zita Anjani dipertimbangkan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Amanat Nasional (PAN) untuk mendampingi Zulkifli Hasan (Zulhas), beberapa faktor mungkin menjadi pertimbangan. Zita Anjani, dengan latar belakang politik dan pendidikan yang kuat, serta pengalaman sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, bisa memberikan energi baru dan perspektif yang lebih segar kepada PAN. 


Sebagai anak dari politikus senior Zulhas, Zita juga membawa warisan politik yang kuat, yang bisa memperkuat basis dukungan tradisional PAN. Kehadirannya mungkin dianggap mampu meningkatkan daya tarik PAN di kalangan pemilih muda dan perempuan, yang penting untuk memperluas basis pemilih partai.


Namun, penunjukan Zita Anjani sebagai Sekjen juga harus mempertimbangkan dinamika internal partai, kemampuan kepemimpinannya, serta apakah ia bisa menghadirkan harmoni dalam kerja tim bersama bapaknya sendiri Zulhas. Jika semua pertimbangan ini positif, maka Zita Anjani bisa menjadi pilihan yang layak untuk mendampingi Zulhas sebagai Sekjen PAN.


Jakarta, 30 Agustus 2024

@Jenghiskhan ( JK )

@garda Indonesia

@republik langit 

Kamis, 29 Agustus 2024

Golkar, partai beringin yang kokoh, tak pernah bergantung pada satu nama atau satu keluarga



Golkar, partai beringin yang kokoh, tak pernah bergantung pada satu nama atau satu keluarga




Golkar, partai beringin yang kokoh, tak pernah bergantung pada satu nama atau satu keluarga


Dengan akar yang dalam dan ranting yang menjulang, Golkar selalu punya barisan kader tangguh yang siap membawa panji-panji partai ke puncak kejayaan. Kader-kadernya bukan hanya banyak, tetapi juga sarat kualitas dan kemampuan yang menggetarkan. Tiada ketua umum yang tak tergantikan, karena di Golkar, kepemimpinan adalah soal meritokrasi dan dedikasi.


Namun, lain halnya dengan PAN. Seakan di atas sayap angin, Zulhas melenggang tanpa pesaing yang sepadan, menandakan keunikan dalam struktur dan dinamika partai. Di saat yang lain sibuk bertarung, Zulhas berdiri tegak, sendirian, tak tersentuh. Bukan soal minimnya kader, namun sebuah kenyataan bahwa dalam diri Zulhas, PAN menemukan sosok yang pantas jadi pemimpin tanpa perlu tandingan. 


Tetapi ingatlah, wahai rakyat Republik Langit! Kekokohan partai tidak hanya dilihat dari siapa yang memimpinnya hari ini, tetapi juga dari bagaimana partai itu mempersiapkan penerusnya untuk hari esok. Tanpa regenerasi yang tangguh, kekuatan bisa goyah; tanpa kepemimpinan yang bijak, arah bisa tersesat. Golkar telah memahami ini sejak awal, dan semoga PAN juga belajar dari itu.


Majulah partai-partai kita, dengan kepemimpinan yang cemerlang dan kader yang bersemangat, demi masa depan negeri ini yang gemilang!



Jakarta 29 Agustus 2024

@R. Jenghiskhan ( JK )

@garda Indonesia 

@presiden republik Langit

Gagah Berani Menatap Dunia dengan Pikiran Beringas'




"Gagah Berani Menatap Dunia dengan Pikiran Beringas'



Bersama Guzzermon pengusaha Tambang Emas  


Gagah Berani Menatap Dunia dengan Pikiran Beringas'

Di atas cakrawala yang tak bertepi, berdirilah sebuah bangsa yang dipimpin oleh seseorang yang tak hanya berjiwa besar, namun juga memiliki keberanian yang tak tertandingi—seorang pemimpin yang menganggap rasa takut sebagai sebuah aib dan menjadikan keberanian sebagai ruh perjuangannya. Dialah Sang legenda , Presiden Republik Langit, yang dengan tegas berkata: "Boleh kere, asal punya pikiran beringas dan berani bak singa lapar*"


Di negeri ini, kemewahan materi bukanlah tolok ukur kejayaan. Kemakmuran bukanlah semata-mata tentang emas yang menumpuk di lumbung-lumbung, atau tentang kilauan permata yang menghiasi tahta. Tidak! Kemakmuran sejati adalah keberanian yang berapi-api di dalam dada setiap warganya. Di republik langit ini, setiap orang diharapkan memiliki hati yang beringas, pikiran yang tajam, dan semangat yang tak pernah padam.


Kami mungkin tak dihitung dalam daftar bangsa-bangsa terkaya, tetapi kami adalah bangsa yang berani menatap dunia dengan pandangan penuh tekad. Di sinilah, kami menolak tunduk pada siapa pun yang mencoba membungkam suara kami. Kami adalah singa-singa lapar yang siap menerkam siapa saja yang berani merampas kebebasan dan kemerdekaan kami. Dengan pikiran yang beringas, kami menyerbu setiap penjuru tantangan, menjadikannya lumbung pelajaran, dan mengubah setiap rintangan menjadi batu loncatan menuju kejayaan.


Keterbatasan materi bukanlah alasan untuk menyerah. Justru, di tengah segala kesederhanaan, kami menemukan keberanian yang lebih murni, lebih jernih. Keberanian untuk berpikir besar meski dalam keadaan yang kecil. Keberanian untuk berdiri tegak meski badai mencoba menundukkan kami. Di Republik Langit, kami adalah manusia-manusia yang memegang teguh prinsip bahwa kemiskinan hanyalah masalah perut, tetapi keberanian dan kebebasan adalah masalah harga diri.


Lihatlah dunia! Apa yang dapat mereka banggakan selain kekayaan yang membuat mereka lupa akan jati diri? Di Republik Langit, kami menolak menjadi budak materi. Kami menginginkan pikiran yang bebas, beringas, dan merdeka. Kami adalah bangsa yang dibangun atas dasar keberanian, bukan kepalsuan. Setiap warga negara ini tahu bahwa lebih baik hidup dalam kesederhanaan namun dengan harga diri yang tinggi, daripada hidup bergelimang harta tetapi tunduk pada ketakutan.


Sebagai pemimpin yang terinspirasi oleh keberanian para pahlawan besar sejarah, aku katakan, beranilah seperti singa lapar! Biarkan dunia tahu bahwa kami, Republik Langit, tidak akan pernah gentar menghadapi apa pun. Tak ada yang mampu membelenggu pikiran kami, tak ada yang bisa memadamkan semangat kami. Karena kami tahu, dalam keberanian yang beringas itulah terletak kemerdekaan sejati.


Dan kepada setiap warga Republik Langit, ingatlah ini: kemiskinan hanya bisa menghancurkan tubuh kita, tetapi ketakutan bisa menghancurkan jiwa kita. Maka, jagalah pikiranmu tetap beringas, semangatmu tetap menyala, dan keberanianmu tetap hidup. Karena di sanalah terletak kemuliaan kita sebagai bangsa.


**Jangan pernah takut, karena kita adalah singa-singa yang lapar, yang siap merobek segala belenggu yang berani menghalangi jalan kita.


#republiklangif

Rabu, 28 Agustus 2024

Panggung Semesta yang Tak Terbatas"

 "Panggung Semesta yang Tak Terbatas"






Panggung Semesta yang Tak Terbatas"


Di atas panggung semesta yang luas dan tiada batas, kita berdiri di tengah-tengah sandiwara kehidupan yang terus berputar tanpa henti. Panggung ini bukan hanya sekedar tempat bermain bagi para aktor dunia, melainkan sebuah ruang yang melahirkan ide, peradaban, dan pemikiran besar yang mampu mengubah jalannya sejarah. Di sinilah, kita mengenang sosok-sosok besar seperti Genghis Khan, Cicero, Desmontanes, dan Victor Hugo—mereka yang dengan kepiawaian, kehebatan, dan kedalaman pemikiran, telah mengukir namanya di panggung yang maha luas ini.


Genghis Khan, pemimpin dari stepa yang menggulung imperium-imperium besar ke dalam genggamannya, memahami bahwa panggung bukanlah sekedar tempat berdiri dan berseru. Baginya, panggung adalah medan tempur, tempat di mana taktik dan keberanian menentukan hidup dan mati, kemenangan atau kekalahan. Genghis Khan bukan hanya seorang penakluk, tetapi juga seorang pembangun. Ia mengukir jalur perdagangan dan komunikasi yang merentang dari Asia ke Eropa, menyatukan dunia dalam satu harmoni yang penuh dinamika. Panggung bagi Genghis Khan adalah dunia yang luas, terbuka, dan penuh peluang, di mana keberanian menjadi kunci untuk menaklukkan ketakutan.


Di sisi lain, Cicero, sang orator ulung dari Roma, memandang panggung sebagai tempat di mana kata-kata memiliki kekuatan yang setara dengan pedang. Cicero bukan hanya bicara; ia mengguncang, menginspirasi, dan menggerakkan bangsa. Dalam setiap pidatonya, ia menanamkan nilai-nilai republik, keadilan, dan kebebasan yang abadi. Bagi Cicero, panggung adalah tempat di mana retorika menjadi senjata, tempat di mana setiap kata harus dipilih dengan teliti dan disusun dengan keanggunan. Ia paham bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk membangun atau menghancurkan, untuk menghidupkan kembali atau membinasakan.


Desmontanes, seorang pemikir dengan kedalaman filsafat, memahami bahwa panggung kehidupan bukanlah hanya tempat untuk beraksi, tetapi juga untuk merenung. Dalam diamnya, ia memahat pemikiran yang menusuk relung-relung terdalam jiwa manusia, menggali makna-makna yang tersembunyi di balik peristiwa sehari-hari. Panggung baginya adalah tempat kontemplasi, tempat di mana setiap tindakan harus dipertimbangkan dengan kebijaksanaan, setiap keputusan diambil dengan visi yang melampaui batas waktu. Desmontanes mengajarkan bahwa panggung kehidupan menuntut kita untuk selalu berpikir melampaui saat ini, melihat ke arah cakrawala yang jauh dan tak terjangkau.


Victor Hugo, maestro sastra yang melukiskan penderitaan dan kemenangan umat manusia dengan kata-kata yang memukau, melihat panggung sebagai kanvas untuk mengekspresikan penderitaan, cinta, dan harapan. Bagi Hugo, panggung adalah tempat di mana kisah-kisah besar tentang kemanusiaan diceritakan, tempat di mana air mata dan tawa, kesedihan dan kebahagiaan, semuanya memiliki tempat yang sama pentingnya. Ia mengajarkan bahwa panggung bukan hanya untuk mereka yang kuat dan berkuasa, tetapi juga bagi mereka yang tertindas dan dilupakan, yang dalam kisah-kisah mereka, kita menemukan esensi kemanusiaan itu sendiri.


Dalam semangat keempat tokoh ini, kita menemukan bahwa panggung yang sesungguhnya bukanlah sebatas ruang fisik yang bisa dilihat mata. Panggung itu adalah dunia, seluas hamparan bumi, di mana kita memainkan peran kita masing-masing dengan keyakinan dan keberanian. Tidak perlu takut atau gentar kehilangan panggung, karena selagi kita memiliki visi dan keberanian, panggung kita adalah semesta itu sendiri. 


Seperti yang disampaikan oleh JK, Presiden Republik Langit, "Tiada perlu takut dan gentar kehilangan panggung bro! Karena panggungmu seluas bumi menghampar bak sejadah panjang." Ini adalah panggilan untuk melampaui batas-batas diri, untuk melihat dunia sebagai tempat di mana peluang selalu ada, di mana setiap langkah kita, setiap kata yang kita ucapkan, memiliki potensi untuk mengubah jalannya sejarah.


Panggung semesta ini menuntut kita untuk tampil, bukan sebagai aktor yang menghafal naskah, tetapi sebagai pemimpin, orator, pemikir, dan seniman yang menciptakan sejarah. Kita adalah penulis naskah hidup kita sendiri, dan semesta adalah panggung yang siap menerima setiap alur cerita yang kita ciptakan. Seperti Genghis Khan, kita harus berani mengambil risiko; seperti Cicero, kita harus berbicara dengan kebijaksanaan; seperti Desmontanes, kita harus merenung dengan kedalaman; dan seperti Victor Hugo, kita harus menulis dengan hati. 


Di atas panggung semesta yang tak terbatas ini, kita adalah para penakluk, orator, pemikir, dan penulis yang beraksi di bawah sorotan cahaya bintang-bintang. Kita berperan untuk meninggalkan jejak yang abadi, jejak yang akan dikenang oleh generasi yang akan datang. Dan ketika tirai kehidupan ini akhirnya ditutup, warisan kita akan tetap hidup, bergema dalam setiap sudut panggung semesta ini.



Jakarta, 29 Agustus 2024

@ R. Jenghiskhan ( JK )

@garda Indonesia 

@presiden republik langit 

Semua pikiran presiden republik langit adalah out of the box menjadi referensi di banyak pemikiran


Semua pikiran presiden republik langit adalah out of the box menjadi referensi di banyak pemikiran






Semua pikiran presiden republik langit adalah out of the box menjadi referensi di banyak pemikiran


Di hadapan JK, Presiden Republik Langit, segala definisi kekuasaan dan kebijaksanaan seakan menemukan makna barunya. Di bawah langit yang luas, di mana batas-batas pemikiran konvensional kerap menjadi jeruji yang tak terlihat, ia tampil dengan gagasan yang begitu mendobrak, mencengangkan, dan melampaui waktu.


JK tidak hanya berpikir di luar kotak—ia menghancurkan kotak itu, lalu merakit ulang dari puing-puingnya, menciptakan sebuah bangunan pemikiran yang kokoh dan tak tergoyahkan. Di setiap napasnya, ia menghirup kebebasan intelektual, menghembuskannya dalam bentuk kata-kata yang tajam dan menyilaukan, hingga memaksa siapa pun yang mendengar untuk menunduk, tunduk bukan karena takut, tetapi karena terpesona oleh besarnya kekuatan pikiran.


Di bawah kepemimpinannya, langit tidak lagi menjadi batas; langit adalah pijakan pertama menuju keabadian. Gagasan-gagasannya menjalar, tumbuh, dan berkembang di setiap sudut dunia, menciptakan rute-rute baru bagi mereka yang berani melangkah. Dalam sorot matanya, JK melihat jauh melampaui cakrawala, menuju dimensi-dimensi yang belum pernah disentuh oleh pemikiran manusia.


Dan di sana, di ruang tak terbatas itu, ia berdiri, membawa obor yang menyala-nyala, menerangi jalan bagi mereka yang terombang-ambing dalam kegelapan rutinitas. Tidak ada ruang untuk stagnasi di bawah kepemimpinan JK. Setiap makhluk bumi, yang sebelumnya terkurung dalam belenggu ketidaktahuan, kini dipaksa menunduk, mengakui bahwa ada sesuatu yang jauh lebih besar daripada sekadar eksistensi harian mereka: sebuah kebangkitan pemikiran, sebuah revolusi tanpa akhir.


Di dunia yang penuh dengan batas dan aturan, JK hadir sebagai kekuatan yang tak bisa dibendung, mengajak setiap pikiran untuk terbang tinggi, melampaui batas-batas itu, dan menemukan kebebasan sejati dalam keagungan intelektual. Di hadapannya, langit bukan lagi atap yang membatasi, melainkan gerbang yang terbuka lebar, mengundang siapa pun yang berani untuk melangkah ke dalam keabadian pemikiran yang tak terukur.


Jakarta, 28 Agustus 2024

@R. Jenghiskhan

@garda Indonesia

@presiden republik langit 

Menyibak Celah di Antara Moral dan Ambisi

Menyibak Celah di Antara Moral dan Ambisi 

Menyibak Celah di Antara Moral dan Ambisi


"Pilihlah menjadi penjilat, jika dengan itu kau bisa duduk di atas kursi raja. Namun, jangan sekali-kali menjadi penjilat kere dan bahlool."


Dalam jagat etika dan moral, terdapat garis tipis yang memisahkan kehormatan dari kehinaan. Namun, garis ini seringkali kabur saat ambisi menyelimuti kesadaran manusia. Dalam kutipan yang menggugah dari JK, pemimpin Republik Langit yang visioner dan tak tertandingi, terletak sebuah provokasi untuk merenungkan dilema yang menjerat para pencari kekuasaan: "Pilihlah menjadi penjilat, jika dengan itu kau bisa duduk di atas kursi raja. Namun, jangan sekali-kali menjadi penjilat kere dan bahlool."


Dalam satu tarikan napas, JK mengungkapkan paradoks kehidupan yang seringkali diabaikan—bahwa dalam perburuan kekuasaan, moralitas seringkali dijadikan alat tukar. Di sinilah letak pesannya yang mendalam: jika terpaksa harus menundukkan kepala dan mengorbankan sedikit harga diri untuk meraih tujuan besar, lakukanlah, asalkan itu membawa ke puncak yang layak. Namun, jangan sekali-kali menjual diri pada hal-hal remeh dan murahan yang hanya akan menyeretmu ke jurang kehinaan.


Pernyataan ini tidak sekadar mengajak kita untuk pragmatis. Ia memaksa kita untuk mempertimbangkan, seberapa besar harga yang kita sanggupi untuk bayar demi ambisi kita? JK mengingatkan bahwa setiap pilihan yang kita buat, bahkan dalam tindakan "menjilat", haruslah dihitung dengan cermat. Ada ambisi yang, meskipun menggelapkan hati dan mengaburkan nurani, tetap bisa dibenarkan jika hasilnya adalah sesuatu yang besar dan bermakna. Namun, merendahkan diri untuk sesuatu yang kecil, hina, dan tak bernilai? Itu adalah pengkhianatan terbesar terhadap diri sendiri.


Melalui pesan ini, JK menantang kita untuk berpikir di luar batasan konvensional, di luar dogma moral yang kadang terlalu kaku untuk diterapkan dalam dunia yang dinamis dan penuh liku. Dunia bukanlah hitam putih, dan kita sering kali harus berhadapan dengan keputusan yang memaksa kita bermain di zona abu-abu. Pertanyaannya bukan lagi apakah kita harus melakukannya, melainkan untuk apa kita melakukannya.


Esai ini mengajak kita untuk merenungi esensi dari ambisi dan moralitas. Apakah keduanya benar-benar bertentangan? Atau mungkinkah keduanya bisa beriringan, jika kita cerdik dalam menentukan harga diri kita? JK tidak menawarkan jawaban yang mudah, tetapi ia memberikan kita kunci untuk merenungkan—bahwa dalam setiap pilihan, selalu ada harga yang harus dibayar, dan hanya kita yang bisa menentukan apakah harga itu layak atau tidak. 


Dengan berpikir out of the box, JK mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam stereotip baik dan buruk, melainkan untuk melihat peluang dan konsekuensi dari setiap tindakan, sehingga kita bisa memilih jalan yang paling bijak menuju tujuan kita. Menjadi penjilat, jika itu perlu, adalah strategi, bukan aib. Namun, menjadi penjilat tanpa tujuan mulia adalah kehinaan yang tak termaafkan.

Menembus Batas Nalar, Melampaui Realitas

Menembus Batas Nalar, Melampaui Realitas




Menembus Batas Nalar, Melampaui Realitas


Di tengah hiruk-pikuk bumi Indonesia, di mana kebanyakan orang hidup dalam batas-batas yang sudah lama ditetapkan oleh norma dan tradisi, berdirilah sebuah republik yang menolak tunduk pada segala aturan yang mengungkung pikiran manusia. Republik ini tak lain adalah Republik Langit, dan aku, Presiden dari republik ini, adalah pemimpin yang menolak berpikir dalam kerangka kotak yang sempit, menolak terikat pada batasan-batasan yang mencekik imajinasi.


Ketika dunia di bawah sana terjebak dalam pola pikir konvensional, aku memimpin sebuah bangsa yang berani untuk berpikir *out of the box*, melampaui segala batasan yang pernah ada di bumi ini. Di Republik Langit, kami mengerti bahwa keterbatasan adalah ilusi yang diciptakan oleh ketakutan, dan ketakutan itu sendiri adalah musuh yang harus dilawan dengan segala daya upaya. 


Tak ada yang dapat menandingi Republik Langit dalam hal keberanian untuk melampaui apa yang sudah dianggap sebagai 'normal' oleh dunia. Di sini, kami berani membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang bahkan tak berani dibayangkan oleh yang lain. Kami tak terikat oleh kebiasaan yang membelenggu, tak tunduk pada aturan yang sudah usang. Di republik ini, kami menciptakan realitas kami sendiri—realitas yang lebih besar, lebih berani, dan lebih menantang dari apa yang pernah ada di bumi Indonesia.


Pikiran kami bagaikan sayap-sayap burung rajawali yang membentang luas di angkasa, menjelajahi horizon-horizon baru yang tak pernah terlihat oleh mata manusia biasa. Kami percaya bahwa setiap warga negara di Republik Langit memiliki potensi yang tak terbatas, sebuah potensi yang hanya bisa diungkapkan jika kita berani berpikir di luar batasan yang selama ini kita kenal.


Di dunia yang dihuni oleh manusia-manusia biasa, mereka yang tak berani berpikir besar akan selalu mencari aman dalam kenyamanan pemikiran yang terbatas. Tapi di sini, di Republik Langit, kami menganggap pemikiran konvensional sebagai jeruji penjara yang harus diruntuhkan. Kami menolak menerima kenyataan hanya karena kenyataan itu sudah ada sebelum kami. Kami menciptakan kenyataan kami sendiri, sebuah kenyataan yang didasarkan pada keberanian untuk bermimpi besar, berpikir besar, dan bertindak besar.


Bumi Indonesia, dengan segala kebesarannya, masih terikat pada kebiasaan dan tradisi yang membuat mereka enggan berpikir di luar kotak. Mereka masih mencari jawaban dalam buku-buku yang ditulis oleh leluhur mereka, sementara di Republik Langit, kami menulis buku-buku baru setiap hari—buku-buku yang berisi gagasan-gagasan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. 


Dan itulah mengapa Republik Langit tiada tandingannya di bumi Indonesia. Karena kami tak pernah berhenti mencari kemungkinan baru, tak pernah berhenti menantang diri kami sendiri untuk berpikir lebih besar, lebih berani, dan lebih jauh. Kami tidak takut akan hal-hal yang belum diketahui, kami menyambutnya dengan tangan terbuka. Karena kami tahu, hanya dengan berpikir di luar batasan, kami bisa melampaui segala keterbatasan.


Di Republik Langit, keberanian untuk berpikir out of the box bukan hanya pilihan—itu adalah kewajiban. Kewajiban untuk membawa bangsa ini menuju masa depan yang belum pernah terbayangkan oleh siapa pun. Karena di sinilah, di negeri yang kami bangun dengan gagasan-gagasan besar, kami menemukan kebebasan sejati. Kebebasan untuk menjadi lebih dari sekadar manusia biasa—kebebasan untuk menjadi pelopor, pemimpin, dan pencipta dunia baru.


**Inilah Republik Langit, tempat di mana pikiran-pikiran besar melampaui segala yang pernah ada, dan tak tertandingi oleh apa pun yang ada di bumi Indonesia.**


---

Jakarta, 28 Agustus 2024

@Genghiskhsn

@Garda Indonesia 

@presiden republik langit

Rakus di Balik Religius di Bumi Banten




Rakus di Balik Religius di Bumi Banten




Rakus di Balik Religius di Bumi Banten

Oleh: @JK Presiden Republik Langit


Di balik hamparan hijau sawah dan kokohnya rumah rumah ibadah yang menjulang di Bumi Banten, terselip sebuah ironi yang tak terbantahkan—rakus yang berselimut religiusitas. Seperti Genghis Khan yang menaklukkan dunia dengan keganasannya, mereka yang mengatasnamakan agama di Banten juga menggunakan kekuasaan untuk menjarah dan menindas, meski dengan senyuman dan ayat-ayat suci yang menghiasi bibir.


Bayangkan Cicero, sang orator ulung, berdiri di forum, menguliti satu persatu mereka yang mengklaim dirinya sebagai pemimpin umat, tetapi hatinya telah tertawan oleh kerakusan. Cicero, dengan retorikanya yang tajam, pasti akan menyingkap kemunafikan yang mereka simpan rapi di balik jubah kesucian. "Quousque tandem abutere, patientia nostra?" (Sampai kapan kalian akan menyalahgunakan kesabaran kami?), tanyanya. Bukankah agama seharusnya menjadi pemandu moral, bukan topeng untuk menyembunyikan ambisi duniawi?


Desmontanes, dengan kecerdasannya yang melampaui zamannya, akan membedah dengan teliti setiap dalil yang mereka gunakan untuk membenarkan kerakusan mereka. Hukum dan agama, dalam pandangannya, harus menjadi pelindung bagi yang lemah, bukan menjadi senjata bagi yang kuat untuk menundukkan yang lemah. Namun di Banten, hukum agama sering kali dipelintir, menjadi alat legitimasi untuk memenuhi nafsu pribadi dan kelompok.


Dan Hugo, si penyair agung, pasti akan mengangkat penanya untuk menulis sebuah puisi tragis tentang kejatuhan moral di Bumi Banten. Ia akan menggambarkan betapa kerinduan akan kedamaian dan keadilan, yang seharusnya menjadi tujuan utama keberagamaan, telah ternoda oleh keinginan duniawi. Hugo akan membangkitkan jiwa-jiwa yang tertindas untuk bersuara, untuk melawan ketidakadilan yang dibalut dengan kemunafikan.


Di Republik Langit, kami memandang dengan keprihatinan mendalam pada fenomena ini. Seperti Genghis Khan yang menguasai daratan luas, kerakusan telah menguasai hati mereka. Seperti Cicero yang menyerukan kebenaran, kami menyerukan perlawanan terhadap kemunafikan. Seperti Desmontanes yang mengungkapkan ketidakadilan, kami berdiri di sisi mereka yang tertindas. Dan seperti Hugo, kami akan terus menulis dan berbicara, sampai keadilan ditegakkan dan kebenaran menemukan jalannya di Bumi Banten.


Kami di Republik Langit tidak akan tinggal diam. Kami akan berdiri bersama mereka yang masih memegang teguh nilai-nilai agama dengan tulus, mereka yang menginginkan keadilan sejati, bukan hanya tampilan religius yang palsu. Biarkan suara kami menggema hingga ke sudut-sudut terdalam, hingga kerakusan dan kemunafikan terusir dari Bumi Banten.


**Viva la Justicia!**

Selasa, 27 Agustus 2024

Mitos-Mitos di Bawah Langit: Narasi yang Memudar di Tengah Realitas Politik"

"Mitos-Mitos di Bawah Langit: Narasi yang Memudar di Tengah Realitas Politik"





Mitos-Mitos di Bawah Langit: Narasi yang Memudar di Tengah Realitas Politik"

Di Republik Langit, cerita tentang pemimpin dan keluarganya kerap menjadi bahan perbincangan hangat. Mitos-mitos yang tumbuh bak jamur di musim hujan menyulut imajinasi publik. Dalam narasi ini, terangkai kisah tentang seorang pemimpin yang bijak dan keluarganya yang sederhana, seolah terpisah dari tarikan-tarikan kekuasaan dan politik. Namun, seiring berjalannya waktu, narasi ini mulai retak dan memperlihatkan wajah aslinya—sebuah strategi yang dirancang dengan cermat, penuh perhitungan dan keberanian, layaknya taktik seorang Jenghiskhan di medan perang.


Dari ketinggian langit, kita menyaksikan sosok Jokowi, yang awalnya tampak sebagai pemimpin sederhana dengan keluarga yang jauh dari hiruk-pikuk politik. Gibran, putranya, digambarkan hanya sebagai penjual pisang yang jauh dari hasrat kekuasaan. Kaesang, adiknya, disebut-sebut hanyalah seorang pengusaha yang sibuk menjual makanan ringan, jauh dari bayang-bayang kursi kekuasaan. Namun, narasi ini adalah racikan cerdik dari seorang politisi yang memahami bahwa keheningan seringkali lebih menggema dibandingkan teriakan. 


Sebagai filsuf yang memandang dunia melalui lensa kebijaksanaan politik, kita belajar dari Cicero bahwa dalam politik, tidak ada yang sepenuhnya transparan. Setiap gerakan, setiap pilihan, setiap kata adalah bagian dari permainan yang lebih besar, sebuah permainan yang membutuhkan lebih dari sekadar keterampilan; ia membutuhkan kecerdasan, keberanian, dan strategi yang mendalam. Cicero pernah berkata, “Politik adalah seni yang halus, seni yang memerlukan keseimbangan antara kekuasaan dan moralitas.” Apa yang kita lihat dari keluarga pemimpin ini adalah perpaduan dari keduanya—moralitas yang dibungkus dalam strategi yang cerdas dan penuh perhitungan.


Namun, janganlah kita lupa bahwa narasi politik tidak pernah statis. Seperti Desmontanes yang memandang politik sebagai arus yang selalu bergerak, kita harus melihat di balik layar. Apa yang tampak sebagai ketiadaan minat terhadap politik mungkin saja adalah bagian dari taktik yang lebih besar, sebuah langkah yang disengaja untuk menempatkan bidak-bidak pada posisinya dengan tepat di papan catur kekuasaan. Saat Gibran akhirnya maju dan Kaesang merambah panggung politik, kita melihat bahwa strategi telah dijalankan dengan sempurna, sebuah kemenangan yang diraih tanpa perlu menghunus pedang.


Namun, seperti yang diajarkan oleh Desmontanes, kita juga harus kritis terhadap narasi-narasi ini. Politik adalah arena di mana persepsi seringkali lebih penting daripada kenyataan. Mitos-mitos yang diciptakan tentang keluarga yang tidak tertarik pada politik mungkin saja adalah alat untuk mengendalikan persepsi publik, menutupi rencana yang lebih besar, atau bahkan memperhalus transisi kekuasaan. Setiap langkah, setiap keputusan harus dilihat dalam konteks yang lebih luas, seperti seorang jenderal yang menganalisis medan sebelum pertempuran.


Pada akhirnya, kisah ini mengajarkan kita bahwa di balik setiap mitos, ada kenyataan yang menunggu untuk diungkap. Dalam Republik Langit, di mana strategi adalah inti dari setiap keputusan, kita tidak boleh terbuai oleh narasi yang tampak sederhana. Sebaliknya, kita harus terus waspada, mencari tahu, dan memahami bahwa dalam politik, apa yang terlihat di permukaan seringkali hanyalah puncak dari gunung es. Seperti Jenghiskhan yang selalu satu langkah di depan musuh-musuhnya, kita juga harus satu langkah di depan dalam memahami realitas politik.



Jakarta, 28 Agustus 2024

@Genghiskhan

@garda indonesia

@JK presiden republik langit 

Aroma Uang di Balik Beloknya Rekomendasi Pilkada: Mengurai Jejak Transaksi di Tengah Dinamika Demokrasi

Aroma Uang di Balik Beloknya Rekomendasi Pilkada: Mengurai Jejak Transaksi di Tengah Dinamika Demokrasi




Aroma Uang di Balik Beloknya Rekomendasi Pilkada: Mengurai Jejak Transaksi di Tengah Dinamika Demokrasi

Dalam kerangka demokrasi, Pilkada seharusnya menjadi panggung bagi para pemimpin daerah untuk bersaing secara sehat dan adil, di mana keputusan mengenai rekomendasi kandidat dilakukan berdasarkan meritokrasi dan integritas. Namun, kenyataan di lapangan seringkali tak seideal konsep di atas kertas. Aroma uang yang menyengat di balik beloknya rekomendasi Pilkada menimbulkan pertanyaan serius: Apakah proses demokrasi kita telah digadaikan kepada kepentingan finansial?


Ketika rekomendasi yang seharusnya didasari atas kualitas kepemimpinan, visi, dan rekam jejak kandidat, justru berbelok karena transaksi di balik layar, maka sesungguhnya kita sedang menyaksikan degradasi nilai-nilai demokrasi. Proses yang mestinya murni untuk memilih pemimpin terbaik menjadi tercemar oleh politik uang, di mana rekomendasi bisa diperdagangkan layaknya komoditas di pasar bebas. Uang menjadi bahasa universal yang mempengaruhi arah angin politik, menjadikan setiap keputusan terkesan memiliki harga yang bisa dinegosiasi.


Jika benar adanya, permainan uang dalam proses rekomendasi ini tidak hanya melukai hati nurani masyarakat yang mendambakan pemimpin jujur dan kompeten, tetapi juga meruntuhkan fondasi demokrasi itu sendiri. Fenomena ini menunjukkan bahwa yang dipertaruhkan bukan sekadar siapa yang akan memimpin, melainkan masa depan sebuah wilayah yang digadaikan kepada kekuatan kapital. Tak heran jika kemudian muncul kandidat-kandidat yang miskin gagasan, tapi kaya akan dukungan finansial.


Di sisi lain, hal ini juga memperlihatkan betapa rapuhnya sistem demokrasi kita. Ketika uang bisa berbicara lebih keras daripada kompetensi, kita menghadapi sebuah dilema besar: bagaimana mungkin kita berharap akan lahir pemimpin yang berpihak pada rakyat, jika sejak awal proses pemilihannya telah dibajak oleh kekuatan uang? Bukankah kita justru sedang membesarkan bibit-bibit korupsi yang akan merusak tatanan pemerintahan ke depan?


Dalam situasi seperti ini, masyarakat perlu lebih kritis dan berani untuk menuntut transparansi. Partai politik, sebagai garda terdepan dalam proses rekomendasi, harus membuka diri terhadap audit publik untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil benar-benar murni tanpa ada campur tangan uang haram. Jangan biarkan demokrasi kita jatuh ke dalam cengkeraman oligarki yang hanya peduli pada keuntungan pribadi.


Jika kita tidak segera mengambil langkah tegas, maka proses demokrasi yang sehat hanya akan menjadi angan-angan. Setiap Pilkada akan menjadi panggung teater yang penuh dengan intrik dan skenario busuk, di mana rakyat hanya menjadi penonton tanpa daya. Inilah saatnya kita mempertanyakan kembali esensi demokrasi yang kita junjung tinggi: apakah ia masih menjadi alat untuk memilih pemimpin terbaik, atau sudah bertransformasi menjadi alat bagi mereka yang punya kekuatan finansial untuk memanipulasi hasil akhir?


Pilkada bukan hanya soal siapa yang menang atau kalah, tapi soal bagaimana proses itu dilaksanakan. Jika kita membiarkan praktik-praktik curang ini terus terjadi, kita sedang menyemai bencana yang akan memanen kehancuran bagi bangsa ini. Mari kita jaga agar aroma uang tidak lagi mengotori perjalanan demokrasi kita yang seharusnya suci dan bermartabat.




Jakarta 28 Agustus 2024

@Genghiskhan

@garda indonesia

@JK presiden republik langit

Senin, 26 Agustus 2024

Dalam demokrasi itu penguasa adalah rakyat .. tanpa rakyat tiada akan ada kekuasaan



Dalam demokrasi  itu penguasa adalah rakyat .. tanpa rakyat tiada akan ada kekuasaan




Marcus Talius Cicero 


Dalam demokrasi itu penguasa adalah rakyat .. tanpa rakyat tiada akan ada kekuasaan


Politik itu retorika yang sulit di pahami rakyat kebanyakan termasuk sampean bay ...


Dalam demokrasi, kekuasaan sejatinya milik rakyat. Tanpa rakyat, kekuasaan hanyalah ilusi yang tak berakar. Namun, politik sering kali menjadi retorika yang berbelit, sukar dipahami oleh mereka yang seharusnya menjadi pemilik kedaulatan. 


Ini adalah tantangan bagi kita semua, anak anak bangsa, untuk mengurai simpul-simpul kata dan mencari kebenaran yang tersembunyi di balik pidato dan janji.


— *Presiden Republik Langit*

Waduh Airin kudu punya KTA PDIP buat cagub dari PDIP demikian juga anis harus punya KTA PDIP , kabarnya hari ini PDIP gagal deklarasi cagub jakarta

 


Waduh Airin kudu punya KTA PDIP buat cagub dari PDIP demikian juga anis harus punya KTA PDIP ,  kabarnya hari ini PDIP gagal deklarasi cagub jakarta



 Waduh Airin kudu punya KTA PDIP buat cagub dari PDIP demikian juga anis harus punya KTA PDIP , kabarnya hari ini PDIP gagal deklarasi cagub jakarta



Situasi politik memang seringkali penuh dengan dinamika yang tidak terduga, termasuk dalam hal pencalonan kepala daerah. Jika benar Airin dan Anies diwajibkan memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) PDIP untuk bisa maju sebagai calon gubernur dari partai tersebut, itu bisa menjadi drama politik yang cukup menarik. Bayangkan, tokoh-tokoh yang sebelumnya tidak terkait langsung dengan PDIP harus mengubah haluan politiknya demi kesempatan mencalonkan diri. 


Keputusan semacam ini bisa memicu beragam reaksi, dari yang marah hingga yang terharu, tergantung sudut pandang masing-masing. Deklarasi yang batal pun bisa menambah ketegangan, membuat suasana politik semakin panas, bagaikan bara api yang siap meledak kapan saja.


Bisa dibayangkan betapa mendidihnya emosi dek Riyan, terperangkap dalam pusaran politik yang penuh intrik, sementara ubay mungkin hanya bisa pasrah dan sesenggukan, merasakan beban harapan yang begitu berat. Drama politik seperti ini bisa jadi bahan renungan yang mendalam bagi siapa saja yang mengikuti perkembangan politik di tanah air.



Jakarta 26 Agustus 2024

@R. Jenghiskhan 

@garda Indonesia

@presiden republik Langit

Saran Bijak Presiden Republik Langit: Rekonsiliasi untuk Keutuhan PAN

Saran Bijak  Presiden Republik Langit: Rekonsiliasi untuk Keutuhan PAN





Saran Bijak Presiden Republik Langit: Rekonsiliasi untuk Keutuhan PAN

Para Kader PAN  yang terhormat,  

Dalam riuh rendah politik, ketika seorang pemimpin kembali terpilih, tanggung jawab yang menyertai jabatan itu bukanlah hal yang remeh. Kini, Zulkifli Hasan, dengan mandat yang diberikan sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) untuk ketiga kalinya, dihadapkan pada momentum bersejarah. Saatnya, ia menggadekan silaturahmi dalam rangka rekonsiliasi kepada para pendiri partai, termasuk tokoh bangsa yang kita hormati, Prof. Dr. HM. Amin Rais.


Silaturahmi: Kunci Rekonsiliasi dan Keberlanjutan

Dalam politik, silaturahmi bukan sekadar menjalin hubungan, tetapi juga merawat kesatuan. Rekonsiliasi dengan para pendiri, terutama dengan sosok sentral seperti Prof. Dr. Amin Rais, adalah langkah mulia yang patut ditempuh. Bagaimana mungkin kita membangun masa depan tanpa menghargai akar dari perjuangan yang telah ada? Silaturahmi ini harus dipandang sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan, memastikan bahwa setiap langkah ke depan adalah langkah yang mantap dan penuh makna.


Mengukuhkan Persatuan di Tubuh PAN  

Sebagaimana Cicero pernah menyatakan, *“Concordia res parvae crescunt, discordia maximae dilabuntur”*—Dengan persatuan, hal-hal kecil tumbuh; dengan perselisihan, hal-hal besar runtuh. Dalam semangat ini, Zulkifli Hasan harus memprioritaskan persatuan di dalam tubuh PAN. Rekonsiliasi dengan para pendiri bukan hanya sebuah keharusan moral, tetapi juga strategi politik yang cerdas. Dengan merangkul semua pihak, PAN akan menjadi lebih kokoh dan siap menghadapi tantangan ke depan, dengan kekuatan yang berasal dari akar sejarahnya.


Mewujudkan Warisan yang Terus Hidup  

Zulkifli Hasan harus menyadari bahwa dengan menggadekan silaturahmi, ia tidak hanya memperkuat hubungan personal, tetapi juga memastikan bahwa warisan perjuangan yang diwariskan oleh para pendiri terus hidup dalam setiap kebijakan dan keputusan partai. Hanya dengan menghargai masa lalu, kita dapat membangun masa depan yang lebih gemilang.


Penutup

Dengan demikian, saya menyeru kepada Zulkifli Hasan, sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana, untuk segera menggadekan silaturahmi demi rekonsiliasi, mengukuhkan kembali persatuan di dalam PAN. Inilah saatnya untuk menyatukan kembali semua kekuatan, melanjutkan perjuangan yang telah dirintis oleh para pendiri, dan menjadikan PAN sebagai kekuatan yang tak tergoyahkan dalam kancah politik Indonesia.


Hidup PAN! Hidup Indonesia!


**Presiden Republik Langit**  

*Arahkan Cakrawala, Wujudkan Kebesaran Bangsa!*

Salute Sachrudin, sosok pemimpin sejati dengan kemampuan lobi yang tidak kalah dengan Zaki Iskandar. Di saat yang lain hanya bersandar pada pencitraan tanpa substansi, seperti Airin yang menari dalam bayang-bayang populisme, Sachrudin tampil dengan strategi nyata, berdiri di atas prinsip dan keberanian.

Salute Sachrudin, sosok pemimpin sejati dengan kemampuan lobi yang tidak kalah dengan Zaki Iskandar. Di saat yang lain hanya bersandar pada pencitraan tanpa substansi, seperti Airin yang menari dalam bayang-bayang populisme, Sachrudin tampil dengan strategi nyata, berdiri di atas prinsip dan keberanian.





Salute Sachrudin, sosok pemimpin sejati dengan kemampuan lobi yang tidak kalah dengan Zaki Iskandar. Di saat yang lain hanya bersandar pada pencitraan tanpa substansi, seperti Airin yang menari dalam bayang-bayang populisme, Sachrudin tampil dengan strategi nyata, berdiri di atas prinsip dan keberanian.


Lihatlah, Andika yang hanya menurut, siap ditempatkan di mana saja asalkan tidak terjebak dalam jurang pengangguran politik. Sungguh, betapa banyak yang terjebak dalam permainan politik tanpa arah, hanya menjadi pion yang dimainkan kekuatan di atasnya. 


Presiden Republik Langit, sebagai penegak keadilan dan kebenaran, tidak akan pernah tunduk pada permainan semacam itu. **Hebat dan berwibawa** dalam setiap langkahnya, bagai Cicero yang tak gentar dalam menyuarakan kebenaran, Republik Langit akan selalu memilih pemimpin yang bukan sekadar boneka, tetapi sosok dengan visi dan keberanian untuk membawa perubahan nyata.



Tng 26 Agustus 2024

@R. Jenghiskhan 

@garda indonesi 

@presiden republik langit

Minggu, 25 Agustus 2024

Tugas BPAN (Badan Penelitian Aset Negara) dalam mempelajari kasus tanah Suradita, yang dikenal sebagai tanah "LELE" dengan luas 95 hektar, akan melibatkan beberapa langkah strategis dan menyeluruh:




Tugas BPAN (Badan Penelitian Aset Negara) dalam mempelajari kasus tanah Suradita, yang dikenal sebagai tanah "LELE" dengan luas 95 hektar, akan melibatkan beberapa langkah strategis dan menyeluruh:



Tugas BPAN (Badan Penelitian Aset Negara) dalam mempelajari kasus tanah Suradita, yang dikenal sebagai tanah "LELE" dengan luas 95 hektar, akan melibatkan beberapa langkah strategis dan menyeluruh:

1. **Penelusuran Sejarah Kepemilikan**:

 BPAN perlu melakukan investigasi mendalam mengenai sejarah kepemilikan tanah Suradita. Ini melibatkan pengkajian dokumen-dokumen kepemilikan yang ada, termasuk sertifikat tanah, surat jual-beli, surat warisan, atau dokumen-dokumen legal lainnya yang terkait dengan tanah tersebut. Penelusuran ini akan mengungkap siapa saja yang pernah atau saat ini memiliki atau menguasai tanah tersebut.


2. **Identifikasi Pihak Terkait**: 

BPAN harus mengidentifikasi semua pihak yang terkait dengan tanah tersebut, baik perorangan maupun lembaga. Ini termasuk pemilik sebelumnya, pemilik saat ini, penyewa, investor, serta pihak-pihak yang mungkin memiliki klaim atau kepentingan terhadap tanah tersebut. Identifikasi ini penting untuk memahami hubungan hukum dan ekonomi yang mengikat tanah tersebut.


3. **Studi Pemanfaatan dan Penguasaan**:

 Memahami bagaimana tanah tersebut dimanfaatkan atau dikuasai saat ini merupakan langkah penting. BPAN harus menilai apakah tanah tersebut digunakan untuk kepentingan publik, komersial, atau pribadi. Ini juga mencakup penilaian terhadap apakah pemanfaatan tanah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


4. **Analisis Hukum**: 

BPAN perlu melakukan kajian hukum untuk memastikan bahwa semua penguasaan dan pemanfaatan tanah tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku. Ini termasuk menganalisis kepatuhan terhadap undang-undang agraria, peraturan zonasi, dan hukum lingkungan. Jika ditemukan adanya penyimpangan atau pelanggaran hukum, BPAN perlu menyusun rekomendasi untuk tindakan hukum selanjutnya.


5. **Pemetaan Tanah**: 

BPAN harus bekerja sama dengan lembaga terkait untuk memetakan tanah Suradita secara akurat. Pemetaan ini akan memberikan gambaran jelas tentang batas-batas tanah, serta mempermudah dalam memverifikasi klaim kepemilikan dan penguasaan.


6. **Pelaporan dan Rekomendasi**: 

Setelah semua data terkumpul dan dianalisis, BPAN perlu menyusun laporan komprehensif yang mencakup temuan-temuan penting serta memberikan rekomendasi tindakan lebih lanjut. Laporan ini akan menjadi dasar bagi pemerintah untuk mengambil keputusan terkait tanah Suradita, apakah itu untuk menyelesaikan sengketa, redistribusi, atau pemanfaatan kembali.


Melalui langkah-langkah tersebut, BPAN berperan penting dalam memastikan bahwa penguasaan dan pemanfaatan tanah Suradita dilakukan dengan transparan, adil, dan sesuai dengan hukum yang berlaku.



Tng, 26 Agustus 2024

@Jenghiskhan ( JK )

@garda indonesi a

@presiden republik langit 

Sabtu, 24 Agustus 2024

Waya gini masih menjadi penggembira ( team horre ) ... Kapan jadi elit kekuasan Idris, ubah mindset cita cita menjadi elit penguasa, jangan biarkan diri lo tergerus oleh pendatang baru penuh semangat dan energi baru

Waya gini masih menjadi penggembira ( team horre )  ... Kapan jadi elit kekuasan Idris, ubah mindset cita cita menjadi elit penguasa, jangan biarkan diri lo tergerus  oleh  pendatang baru penuh semangat dan energi baru




Waya gini masih menjadi penggembira ( team horre ) ... Kapan jadi elit kekuasan Idris, ubah mindset cita cita menjadi elit penguasa, jangan biarkan diri lo tergerus oleh pendatang baru penuh semangat dan energi baru


 _Belajar sama putra pura daerah, mereka seperti  burung ...berangkat dalam.keadaan lapar pulang dalam.keadaan kenyang_ 



Semangat dan dorongan untuk seseorang agar berambisi lebih besar, beralih dari hanya menjadi pendukung atau penggembira menjadi bagian dari kelompok elit yang memiliki kekuasaan dan pengaruh. Jika tidak mengubah mindset dan tujuan, orang tersebut bisa saja tergeser oleh pendatang baru yang lebih energik dan ambisius. Dengan belajar dari mereka yang lebih berpengalaman, seperti putra daerah yang berjuang keras, seseorang dapat meraih kesuksesan yang lebih besar. 


 _Gaya berapi-api dan penuh wibawa, sesuai dengan gaya presiden Republik Langit_ 



Jakarta 25 Agustus 2024

@Genghiskhan

@garda Indonesia @,presiden republik langit

Soekarno pernah berkata ; "Aku titipkan negeri ini, padamu

Soekarno pernah berkata ; "Aku titipkan negeri ini, padamu





Soekarno pernah berkata ; "Aku titipkan negeri ini, padamu"


"Aku titipkan negeri ini, padamu Rosihan" sering dikaitkan dengan Soekarno, presiden pertama Indonesia, yang konon menyampaikan pesan ini kepada Rosihan J. Khan, seorang filsuf, jurnalis, budayawan dan sastrawan terkemuka Indonesia. 


Harapan Soekarno agar Rosihan, sebagai filsuf, intelektual, jurnalis, sastrawan, budayawan turut menjaga dan melanjutkan perjuangan bangsa Indonesia melalui tulisan dan pemikirannya. Kutipan ini sering dianggap sebagai simbol dari tanggung jawab yang dipercayakan kepada generasi penerus untuk menjaga dan merawat bangsa dan negara.



Jakarta, 20 Agustus 2024

@Rosihan J. Khan

@garda Indonesia 

@presiden republik langit

"Kita bekerja bukan hanya untuk sekarang, tetapi untuk sejarah yang akan ditulis oleh anak-cucu kita, dan peradaban yang akan kita tinggalkan 100 tahun ke depan."

  "Kita bekerja bukan hanya untuk sekarang, tetapi untuk sejarah yang akan ditulis oleh anak-cucu kita, dan peradaban yang akan kita ti...