Asset utama suatu negara SDM mumpuni ... SDA bisa mengundang bencana merusak keseimbangan lingkungan hidup, perpecahan, ekploitasi dan dominasi asing
Asset utama suatu negara SDM mumpuni ... SDA bisa mengundang bencana merusak keseimbangan lingkungan hidup, perpecahan, ekploitasi dan dominasi asing,
Di Ujung Paradoks: Manusia dan Tanah
Ketika kita bicara tentang tanah, yang terbayang di benak adalah perut bumi yang penuh dengan emas, batu bara, minyak, dan segala macam kemewahan yang membuat mata berbinar. Seolah-olah tanah ini hanyalah benda mati yang menunggu untuk dieksploitasi. Namun, di balik kilau emas dan hitamnya arang, ada kegelapan yang lebih dalam—sisi kelam dari nafsu manusia yang merambah hingga ke pusat alam semesta.
Adalah manusia, yang disebut sebagai makhluk yang berpikir. Manusia dengan segala angan dan cita-cita, yang dikatakan sebagai pencipta peradaban. Namun, lihatlah paradoksnya: semakin pintar manusia, semakin rakus pula ia pada tanah. Ia lupa bahwa tanah ini bukanlah pusaka yang dapat diambil seenaknya, melainkan titipan untuk kehidupan yang akan datang. Di sinilah titik di mana SDM yang mumpuni menjadi cahaya yang melawan kegelapan keserakahan itu.
Manusia: Penghuni dan Penghancur
Lahirnya manusia dengan pemikiran dan pengetahuan yang luas seharusnya menjadi harapan bagi bumi ini. Namun, dengan segelintir pengetahuan itu, manusia seringkali berubah menjadi penghancur tanpa sadar. Ironisnya, alam yang telah menyediakan segala yang dibutuhkan, malah diporak-porandakan demi memenuhi kerakusan tanpa batas.
Dalam lanskap yang seharusnya dipenuhi keseimbangan, seringkali terjadi perpecahan. Bukan hanya antara manusia dan alam, tetapi juga sesama manusia yang berlomba-lomba menguasai sumber daya alam yang melimpah. Ketika SDA dijadikan pusat kehidupan, tak terelakkan bahwa eksploitasi dan dominasi asing akan menyusup, memecah belah bangsa, dan merusak harmoni yang telah lama terjalin. Alam yang seharusnya dipelihara justru menjadi medan pertempuran yang menyisakan kehancuran.
SDM Mumpuni: Cahaya di Tengah Kegelapan
Namun, tidak semua manusia terjebak dalam paradoks ini. Ada manusia-manusia mumpuni yang menyadari betapa rapuhnya keseimbangan alam. Mereka adalah jiwa-jiwa yang berpikir melampaui kepentingan pribadi, yang mengerti bahwa sumber daya alam hanyalah satu bagian kecil dari hidup. SDM yang mumpuni adalah mereka yang mampu melihat melampaui harta benda, menyadari bahwa pengetahuan dan kebijaksanaan adalah harta sejati.
Mereka inilah yang menjadi penjaga bumi, yang menyuarakan pentingnya menjaga keseimbangan antara mengambil dan memberi. Mereka mengerti bahwa tanah bukanlah harta benda untuk diperebutkan, tetapi tempat di mana kehidupan harus dipelihara. Bagi mereka, keseimbangan antara manusia dan alam adalah tujuan akhir dari pengetahuan yang dimiliki.
Penutup: Langit yang Menunggu
Langit di atas sana melihat segalanya. Ia adalah saksi bisu dari permainan manusia di bumi ini. Seperti seorang presiden yang menanti laporan, langit menunggu untuk melihat apakah manusia akan belajar dari kesalahannya, atau justru tenggelam dalam kerakusan yang tak berujung.
Di ujung hari, ketika segala hal telah diambil dan bumi mulai merintih, barulah kita akan mengerti. Bahwa SDM mumpuni bukanlah mereka yang kaya dengan harta, tetapi mereka yang kaya dengan kebijaksanaan. Bahwa tanah bukanlah sekadar aset yang bisa dieksploitasi, tetapi tanah adalah titipan yang harus dijaga. Dan di situlah, mungkin, kita baru akan mengerti bahwa di bawah langit yang luas ini, manusia seharusnya hidup selaras dengan tanah yang diinjaknya.
Jakarta, 17 Agustus 2024
@Rosihan J. Khan
@garda Indonesia
@presiden republik langit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar