Rabu, 28 Agustus 2024

Rakus di Balik Religius di Bumi Banten




Rakus di Balik Religius di Bumi Banten




Rakus di Balik Religius di Bumi Banten

Oleh: @JK Presiden Republik Langit


Di balik hamparan hijau sawah dan kokohnya rumah rumah ibadah yang menjulang di Bumi Banten, terselip sebuah ironi yang tak terbantahkan—rakus yang berselimut religiusitas. Seperti Genghis Khan yang menaklukkan dunia dengan keganasannya, mereka yang mengatasnamakan agama di Banten juga menggunakan kekuasaan untuk menjarah dan menindas, meski dengan senyuman dan ayat-ayat suci yang menghiasi bibir.


Bayangkan Cicero, sang orator ulung, berdiri di forum, menguliti satu persatu mereka yang mengklaim dirinya sebagai pemimpin umat, tetapi hatinya telah tertawan oleh kerakusan. Cicero, dengan retorikanya yang tajam, pasti akan menyingkap kemunafikan yang mereka simpan rapi di balik jubah kesucian. "Quousque tandem abutere, patientia nostra?" (Sampai kapan kalian akan menyalahgunakan kesabaran kami?), tanyanya. Bukankah agama seharusnya menjadi pemandu moral, bukan topeng untuk menyembunyikan ambisi duniawi?


Desmontanes, dengan kecerdasannya yang melampaui zamannya, akan membedah dengan teliti setiap dalil yang mereka gunakan untuk membenarkan kerakusan mereka. Hukum dan agama, dalam pandangannya, harus menjadi pelindung bagi yang lemah, bukan menjadi senjata bagi yang kuat untuk menundukkan yang lemah. Namun di Banten, hukum agama sering kali dipelintir, menjadi alat legitimasi untuk memenuhi nafsu pribadi dan kelompok.


Dan Hugo, si penyair agung, pasti akan mengangkat penanya untuk menulis sebuah puisi tragis tentang kejatuhan moral di Bumi Banten. Ia akan menggambarkan betapa kerinduan akan kedamaian dan keadilan, yang seharusnya menjadi tujuan utama keberagamaan, telah ternoda oleh keinginan duniawi. Hugo akan membangkitkan jiwa-jiwa yang tertindas untuk bersuara, untuk melawan ketidakadilan yang dibalut dengan kemunafikan.


Di Republik Langit, kami memandang dengan keprihatinan mendalam pada fenomena ini. Seperti Genghis Khan yang menguasai daratan luas, kerakusan telah menguasai hati mereka. Seperti Cicero yang menyerukan kebenaran, kami menyerukan perlawanan terhadap kemunafikan. Seperti Desmontanes yang mengungkapkan ketidakadilan, kami berdiri di sisi mereka yang tertindas. Dan seperti Hugo, kami akan terus menulis dan berbicara, sampai keadilan ditegakkan dan kebenaran menemukan jalannya di Bumi Banten.


Kami di Republik Langit tidak akan tinggal diam. Kami akan berdiri bersama mereka yang masih memegang teguh nilai-nilai agama dengan tulus, mereka yang menginginkan keadilan sejati, bukan hanya tampilan religius yang palsu. Biarkan suara kami menggema hingga ke sudut-sudut terdalam, hingga kerakusan dan kemunafikan terusir dari Bumi Banten.


**Viva la Justicia!**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Kita bekerja bukan hanya untuk sekarang, tetapi untuk sejarah yang akan ditulis oleh anak-cucu kita, dan peradaban yang akan kita tinggalkan 100 tahun ke depan."

  "Kita bekerja bukan hanya untuk sekarang, tetapi untuk sejarah yang akan ditulis oleh anak-cucu kita, dan peradaban yang akan kita ti...