Sabtu, 08 Februari 2025

 

Inilah dua wajah intelektual dalam panggung kehidupan. Yang satu adalah pemahat peradaban, membangun dengan ilmu, nurani, dan kebijaksanaan. Yang lain adalah pemangsa, mengolah kata-kata menjadi jebakan, mengubah kecerdasan menjadi alat tipu daya.

Kaum terdidik sejati memahami bahwa kecerdasan adalah amanah, digunakan untuk menciptakan tatanan yang lebih baik, membangun jembatan bagi yang lemah, dan menerangi jalan bagi yang tersesat. Namun, di sisi lain, ada mereka yang menjadikan kecerdasan sebagai senjata politik, mengubah intrik menjadi seni, dan menjadikan tipu muslihat sebagai mata uang kekuasaan.

Intelektual apik mengukir jejak dengan pena dan gagasan, sementara intelektual politik licik menanam ranjau dengan janji dan kebohongan. Yang satu mengabdi pada kebenaran, yang lain bersekutu dengan dusta demi kekuasaan.

Sejarah telah mencatat, peradaban besar lahir dari intelektual yang teguh pada prinsip dan akhlak. Sebaliknya, kejatuhan suatu bangsa sering kali dimulai dari para cendekia yang menjual pikirannya untuk kepentingan sesaat.

Maka, pilihannya jelas: menjadi intelektual yang membangun atau sekadar aktor licik dalam sandiwara politik yang penuh tipu daya.

#Jenghiskhan
#PresidenRepublikLangit
#IntelektualSejati
#PolitikTanpaDusta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Antara Kritik, Cinta, dan Seni Berpendapat

 Antara Kritik, Cinta, dan Seni Berpendapat Antara Kritik, Cinta, dan Seni Berpendapat By JK Presiden Republik Langit Kritik sejati bukan se...