Jika ada yang ingin menguji kenabian Muhammad ﷺ, maka pertanyaannya haruslah berbobot, bukan sekadar keraguan tanpa dasar. Berikut adalah tiga pertanyaan kritis yang sering muncul dalam sejarah terkait kenabian beliau:
1. Jika Muhammad ﷺ benar seorang Nabi, mengapa ia seorang manusia biasa, bukan sosok luar biasa seperti malaikat atau makhluk lain?
Jawaban:
Justru karena beliau manusia, maka misinya relevan bagi umat manusia. Seorang malaikat tidak bisa menjadi teladan bagi manusia. Muhammad ﷺ makan, minum, menikah, berdagang, memimpin perang—ini membuktikan bahwa Islam adalah agama praktis, bukan utopia yang hanya bisa dijalankan oleh makhluk sempurna.
2. Jika Al-Qur’an adalah wahyu, mengapa ada ayat yang turun secara bertahap, seakan-akan mengikuti situasi?
Jawaban:
Justru ini bukti bahwa Al-Qur’an adalah wahyu hidup yang menjawab realitas umat manusia. Sejarah menunjukkan bahwa banyak ayat turun sebagai jawaban atas peristiwa tertentu, namun tetap memiliki nilai universal yang relevan hingga hari ini.
3. Jika Muhammad ﷺ benar-benar Nabi, mengapa ia menghadapi banyak perlawanan di Mekah dan Madinah?
Jawaban:
Semua nabi menghadapi perlawanan. Musa ditentang Fir’aun, Isa (Yesus) ditolak kaum Yahudi, bahkan Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud. Justru perlawanan itu membuktikan bahwa ia membawa kebenaran yang mengguncang kepentingan penguasa tiran. Jika misinya hanya karangan, ia tidak akan bertahan dan membawa perubahan besar di dunia.
Kesimpulan:
JK mungkin akan berkata, "Kenabian bukan sekadar klaim, tetapi dibuktikan dengan sejarah, dampak, dan warisan peradaban. Muhammad ﷺ tidak butuh pembelaan, karena jejaknya dalam sejarah sudah menjadi bukti yang tak terbantahkan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar