JK Sang Revolusioner dan Kunci Ruh dalam Perjalanan Sunyi
Dua dekade berlalu, namun ingatan itu tetap membekas di relung hati JK. Perjalanan malam, tarian pernapasan ala Taichi, dan sepeda motor yang melaju melewati gang-gang sunyi. Semua seolah telah ditata, seperti skenario langit yang telah tertulis sejak azali.
Gerbang pesantren terbuka tanpa penjaga, aula sunyi seakan menanti kedatangannya. Langkahnya ringan, namun hatinya berdebar, seperti ada pesan besar yang akan diungkapkan. Lalu, tatapan itu jatuh pada plat kuningan yang tertanam di dinding aula. Kalimatnya singkat, namun mengguncang:
"Tiadalah kalian diberi ilmu kecuali sedikit."
JK tertegun. Nafasnya teratur dalam ritme pencarian. Inilah penghujung ayat 85 dari Surat Al-Isra. Ayat yang menjadi jawaban pertanyaan Pendeta Yahudi kepada Nabi Muhammad SAW tentang ruh.
Malam itu, JK menangis. Mengapa Allah selalu menunjukkannya dengan cara yang ganjil, asing, dan unik? Mengapa kebenaran sering kali datang dalam sunyi, dalam kesendirian, tanpa gegap gempita?
Namun waktu menjawab segalanya. Perjalanan Republik Langit bukan sekadar soal politik dan strategi, tapi juga soal memahami ruh, esensi terdalam dari kehidupan dan kepemimpinan.
Surat Al-Isra 85 mengingatkan bahwa ilmu manusia hanyalah setetes air dibanding lautan kebijaksanaan Tuhan. Maka, Republik Langit tidak boleh takabur. Pemimpin sejati adalah yang terus mencari ilmu, mendekati Tuhan, dan mengabdi pada kemanusiaan.
JK Sang Revolusioner paham: revolusi tidak hanya tentang mengubah dunia, tapi juga memahami ruh yang menggerakkan segalanya.
#RepublikLangitGlobalNetwork
#RLBigDataForEconomicStrategic
#MimpiBesarStrategiKuatUntukIndonesia
#JKSangRevolusioner
Tidak ada komentar:
Posting Komentar